Sabtu, 21 Februari 2015
MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
Indonesia mengalami tantangan serius, tingkat
urbanisasi yang tinggi, percepatan pertumbuhan ekonomi yang mana pembangunan
masih dipusatkan di perkotaan menyebabkan banyak sekali masalah terkait
kependudukan di Indonesia. Ini memperparah berbagai kemelut kependudukan yang
mana pertumbuhan penduduk masih tinggi, walaupun dibandingkan dengan Filipina
yang mencapai 2%, pertumbuhan penduduk Indonesia lebih rendah. Angka
pertumbuhan penduduk Indonesia 1,45% dengan jumlah penduduk mencapai dua ratus
juta lebih menjadikan Indonesia memiliki jumlah kelahiran yang masih tinggi.
Kesenjangan
sosial ekonomi bukanlah hal yang tidak secara kebetulan muncul. Kesenjangan
ekonomi antara kota dan desa yang sangat tinggi memunculkan suatu dogma
kesalahan perencanaan pembangunan pada masa silam. Ini terjadi karena
pembangunan tidak dimeratakan sampai ke pelosok daerah.
Sebagai negara maritim, dengan jumlah pulau mencapai
17 ribu lebih ternyata bukan menjadi suatu aset yang dikelola dengan benar. Ini
terbukti dengan membludaknya populasi pulau Jawa yang ternyata mewakili kurang
lebih 60% kepadatan penduduk di Indonesia, padahal potensi lahan pulau Jawa
hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Bukan tanpa alasan jika pulau Jawa
akhirnya menjadi tempat yang sangat padat, dimana alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan perumahan menjadi sangat tinggi dan sangat cepat.
Relokasi penduduk secara besar-besaran melalui
program transmigrasi tidak mungkin dilakukan, karena membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Disamping itu tempat tujuan semacam transmigrasi belum tentu memiliki
potensi ekonomi yang setara dengan potensi sekarang ini.
Masalah yang timbul akibat urbanisasi yang tinggi di
kota-kota besar di pulau Jawa mengakibatkan berbagai permasalahan kompleks
seperti:
1.
Munculnya
pemukiman kumuh. Dengan meningkatnya populasi di suatu kota secara drastis
tidak memungkinkan adanya pembangunan sarana dan prasarana perumahan yang layak
dan memadai. Ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan kontrakan kumuh
disekitar kawasan industri, atau rumah-rumah indekos mahasiswa yang tidak
beraturan dan kesemuanya itu dianggap mengganggu keindahan lingkungan.
2.
Meningkatnya
“profesi kelas tiga” yang mana tidak dapat dipungkiri semakin meningkat di
kalangan masyarakat perkotaan. Pekerjaan semacam gepeng (gelandangan, pengemis) yang dianggap sebagai wabah tahunan.
Profesi-profesi semacam itu akan semakin meningkat dengan meningkatnya
urbanisasi yang tanpa adanya kontrol dari pemerintah.
3.
Meningkatnya
penduduk dengan pendidikan rendah. Kota besar tidak selalu menjamin pendidikan
yang layak, karena dengan kondisi ekonomi yang tidak baik, kurang mendukung
peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4.
Kesehatan,
sebuah akses yang sepertinya menjadi hak orang kaya. Kesehatan diibaratkan
kemenangan oleh uang. Masyarakat kelas sosial menengah bawah tidak dapat
memiliki akses kesehatan yang layak. Terlebih lagi penduduk yang tidak memiliki
identitas kependudukan secara resmi, sehingga akan menyulitkannya mendapat
pendidikan yang layak.
Hal-hal ini setidaknya menggambarkan segi
rendahnya kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pemerintah memiliki pekerjaan
rumah yang semakin berat. Masalah ini semakin rumit, namun demikian harus
dipikirkan bagaimana nasib rakyat pada masa yang akan datang, disamping waktu
yang berjalan ini merupakan jalannya bom ledakan penduduk yang akan terjadi
pada Indonesia pada masa yang akan datang.
Source Images: www.ciputranews.com
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar